Try not to become a man of success but rather to become a man of value. (Albert Einstein, 1879-1955)

Jumat, Mei 02, 2008

Hmmm....Bagaimana nasib generasi kita nantinya

Bagaimana ya nasib moral generasi kita nanti kalau semua media selalu memberikan pendidikan yang sudah melenceng jauh dari norma-norma yang kita anut sejak dulu.
Banyak sekali iklan di televisi yang menayangkan iklannya secara ngawur dan tidak mempertimbangkan efeknya terhadap anak-anak. Seperti contohnya dapat kita lihat iklan SMS dari sebuah provider layanan GSM yang berlogo angka tiga. Di salah satu iklannya terlihat sekelas anak-anak dari sebuah sekolah dasar akan melakukan foto bersama, tapi ada anak yang dengan nakalnya mengirimkan SMS ke semua teman-temannya yang akan berfoto sehingga teman-temannya sibuk membuka SMS saat difoto, kemudian setelah itu ada suara gurunya yang berteriak marah memanggl nama anak itu. Di iklan tersebut di mana letak rasa hormat murid kepada gurunya sehingga berani melakukan hal tersebut? Bahayakah menurut anda jika anak-anak melihat iklan ini dan menirunya?
Kemudian iklan yang lain adalah iklan tentang sebuah minuman softdrink. Iklan itu menceritakan tentang sekelompok anak SMA yang baru kongkow di pinggir jalan. Kemudian ada salah satu temannya yang datang dengan marah-marah dan mengatakan bahwa dia barusan kena marah gurunya yang namanya pak Slamet. Trus, temen-temennya ngajak minum softdrink itu dan mencoba membuat lelucon seperti "Wah kita harus mengutamakan pak Slamet nih!" ketika ada tulisan Utamakan Selamat. Kemudian ketika ada tulisan "Selamatkan Badak Jawa" anak-anak itu sambil ketawa ngakak mengejek nama gurunya itu.

3 komentar:

Sofyan Thayf mengatakan...

Saat menulis atau membuat sesuatu yang akan disajikan ke orang banyak, saya selalu berpikir apakah yang saya buat itu baik, benar, dan pantas untuk disajikan (itulah makanya saya selalu lambat dalam mengerjakan tugas, termasuk proposal thesis he he he)

Tapi yang saya tidak habis pikir, apakah para sutradara atau para produser sinetron, spot iklan, atau materi siaran lain, tidak merasa perlu berpikir seperti itu.

Mereka koq seperti merasa bangga dengan karya-karya yang oleh banyak pihak sudah sering dihujat sebagai sampah (apalagi tayangan sinetron).

Atau mereka memang sudah sangat pintar, sehingga merasa tidak perlu berpikir seperti saya lagi.

Atau mungkin kalau ada yang bayar mahal, sayapun tidak akan peduli dengan apa yang akan saya sajikan, yang penting uang masuk

Sofyan Thayf mengatakan...

Saya punya tulisan lama di sini:
http://sofyanthayf.blogspot.com/2007/02/vizontele.html
yang mungkin agak nyambung dengan tulisan Ira 906 di atas

Anonim mengatakan...

Saya juga setuju dengan postingan ini.
Salam kenal yah.. :)